3/08/2015





Masalah prinsip hidup, bisa dibilang semua orang harus punya. Biar nggak labil saat harus ngambil keputusan. Nah, prinsip hidup yang aku punya itu selalu berubah-ubah, mungkin saking perceiving-nya aku ini, sampe-sampe sama prinsip hidup sendiri ganti-ganti terus! Tapi sekarang, like I’ve found myself, my lifestyle!
Yiippiii! Prinsip hidup terbaruku sekarang adalah gaya hidup minimalis alias minimalist lifestyle (apa bedanya coba -_-). Ada beberapa artikel dan blog-blog yang udah memberiku inspirasi tentang gaya hidup ini, di antaranya ini, ini, dan ini. Dan bisa dibilang website luar negeri lebih banyak yang menyediakan artikel tentang minimalist lifestyle dibandingkan dengan website atau blog-blog dalam negeri. 

Apa sih yang dimaksud dengan gaya hidup minimalis ini? Jadi, gaya hidup ini lebih kepada memiliki dan menggunakan benda-benda yang kita butuhkan saja, memiliki secukupnya, nggak lebay. Contohnya, kalo punya celana jeans 8 potong, dengan gaya hidup minimalis kita cukup punya 1 atau 2 aja. Walau dibilang orang nggak ganti-ganti celana jeans, ya biarin, kita punya sedikit bukan karena nggak mampu beli, ini masalah prinsip hidup. Dengan jumlah celana jeans yang secukupnya itu tentu membuat lemari kita jauh lebih efisien sebagai tempat penyimpanan. Hal ini juga berlaku untuk benda lainnya, benda apa pun itu tanpa ampun! 

Well, karena prinsip hidup yang baru ini, aku langsung memilah mana pakaian yang sebenarnya jarang atau bahkan nggak pernah lagi aku pakai, daripada numpuk di lemari akhirnya aku pisahkan dan berniat aku sumbangkan. Awalnya terasa berat nggak, sih? Jujur aja berat, ada perasaan, “Nanti kalo suatu saat bajunya mau dipake gimana?” Husshh! Dengan gaya hidup minimalis aku harus buang jauh-jauh perasaan itu. Intinya hidup secukupnya, tidak berlebihan, menghilangkan rasa ‘cinta kebendaan’. Ada juga baju yang terbilang masih baru di lemari tapi nggak pernah aku pake, mendingan dikasih ke orang aja kan, walau masih baru tapi nggak dipake buat apa coba?

Setelah menyortir pakaian yang akan kupakai secukupnya, ada perasaan lega di situ, ya, kadang di situ saya merasa lega #gubraakkk!!! Pakaian di lemari jauh lebih tertata, rapi, dan yang ada di lemari adalah pakaian yang memang biasanya aku pake. Justru dengan lebih sedikitnya pakaian yang aku punya, aku bisa merawatnya dengan lebih baik :’)

Gaya hidup minimalis ini sebenarnya didasarkan asumsi bahwa manusia itu nggak ada puasnya. Bener, ‘kan? Semakin bertambah pemasukan, keinginan untuk pemuasan pasti bertambah juga! Hal ini yang bisa menjadikan manusia itu tamak bin rakus.  Dengan gaya hidup minimalis, malah kita akan merasa cukup, hidup dengan sedikit benda adalah kebahagiaan. Dan akan lebih senang juga kalo benda-benda yang berlebih itu diberikan kepada orang lain. Why? Karena sekarang pertanyaannya kamu lebih mencintai benda atau mencintai sesama manusia? Jika kamu lebih mencintai sesamamu, hilangkan rasa kecintaan berlebihan terhadap benda-benda yang menyebabkan kamu menumpuk barang di rumah.

Memang gaya hidup minimalis yang aku pegang belum sepenuhnya aku terapkan. Tapi jujur aja walau langkah pertama yaitu memilah pakaian baru aku lakukan, rasa puasnya itu udah sangat terasa, karena barang-barang yang aku punya belum bisa dibilang sedikit, justru sekarang aku merasa memiliki ‘barang berlebih’ yang harus segera dieliminasi. Hal ini jauh berbeda sekali saat dulu, dengan jumlah benda yang aku miliki sekarang, dulu masih ingin beli baju ini, blazer itu, tas ini, sepatu itu, rasanya nggak pernah cukup. Tapi sekarang? Aku jauh bersyukur karena rasanya lebih dari cukup. Ajaib, ‘kan? Inilah esensi terpendam dari gaya hidup nan manis ini, yaitu rasa syukur, rasa cukup. Sepertinya aku telah menemukan diriku yang sesungguhnya :D

LLaviosa Gita . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates