I Found You in Amsterdam
Aku
menemukan kamu
Dalam
diam
Dalam
bisu
Dalam
senyap
Dalam
hujan
Dalam
gelap
Gadis berambut panjang itu melangkah cepat,
mendekap erat tas biru pucat bermerk mahal sambil menerobos rintik yang semakin
menghujan. Ia tak
tahu ke mana harus pergi, yang ia tahu hanyalah ia harus meninggalkan rasa
tidak nyaman ini. Kedinginan. Kesepian. Walau ia tengah berada dalam hiruk
pikuk kerumunan yang berlarian menghindari hujan. Pergi … jauh … dan ...
Malam itu Amsterdam tampak lebih gelap dari
biasanya. Bekas hujan sore tadi menambah hawa dinginnya dan gulungan awan pekat
masih setia menaungi negeri kincir angin itu. Tik tok tik tok … hanya
suara detak jam saja yang hampir menggema di kamar flat yang sepi.
Sandra bersandar lesu, dihembuskannya napas ke kaca jendela, dibiarkannya
mengembun, dan menguap.
Sweater cokelat tebal yang memeluk tubuh Sandra nyatanya
tak cukup menghangatkan. Kulit Indonesianya masih belum terbiasa menerjang
musim dingin di awal Desember ini. Walau salju belum turun, belakangan hujan
sangat sering membasahi kota indah itu.
Sama
saja, sejauh mata Sandra memandang di kejauhan melalui kaca jendela, semua
tampak sama. Tatapan matanya berakhir di tembok flat seberang jalan yang
bercat oranye, membuat Sandra bosan. Tak berlama-lama merenung, Sandra meraih
Ertwensoup yang belum lama dibuatnya. Hangat. Entah mengapa rasa nyaman saat ia
menikmati sup kacang polong ini membuatnya sangat ketagihan. Ya, kehangatan,
kehangatan yang begitu nyaman. Hingga sup lezat itu habis, Sandra masih tak
percaya bahwa sudah hampir 1 bulan ia berada di Amsterdam. Apakah ia harus
sejauh ini hanya untuk mencari … belahan jiwanya?