11/28/2016



"Ini salahku"
Perkataan di atas adalah pelajaran berharga yang aku dapatkan di dunia kerja. Entah bagaimana gaung "Ini Salahku" seperti kalimat ajaib yang mengalahkan ribuan refleksi diri bertahun lamanya yang belum menghasilkan dampak nyata.
Percayalah, masuk ke dunia kerja mengajarkanmu segalanya. Dan Tuhan seperti menyenggol zona nyamanku, segala persepsi saklek yang ada di otak ini teruntuhkan. #lebaydikit


Aku tipe orang yang ingin mengerjakan segala hal dengan maksimal, pokoknya sebagus yang bisa aku kerjakan, prinsipnya "Kalo bisa maksimal, kenapa mesti setengah-setengah", "Kalo kamu bisa melakukan itu sebagus mungkin, rugi kalo cuman ngelakuin secara 'biasa' "

Prinsip di atas mungkin ada sisi positif dan negatifnya juga. Positifnya, ya itu dia, sangat benar jika kamu diberi kekuatan 100% namun hanya kamu gunakan 50% itu rugi, padahal dengan kekuatan 100% kamu bisa menghasilkan yang lebih baik. Pertanyaannya, kenapa kamu ingin sesuatu yang lebih baik? Apakah tidak baik-baik saja bagimu jika kamu menghasilkan sesuatu yang biasa saja? Ini dia sisi negatifnya!

Prinsip di atas sudah menjadi pisau bermata dua. Mata satunya yang mengarah ke diri sendiri adalah, tidak merasa puas jika hanya mendapat sesuatu yang "bukan luar biasa", "bukan termaksimal" "bukan yang terbaik yang aku bisa". Padahal, apa salahnya jika kita mendapat sesuatu yang "baik", "cukup baik", toh apa itu saja masih kurang? Selalu ada rasa tidak puas.

Perasaan ingin melakukan sebagus, sebaik, dan sekeras yang kita bisa ini berujung rasa sangat tidak ingin melakukan kesalahan. Tapi tentu saja, setiap orang ingin jika memungkinkan apa yang dikerjakannya baik-baik saja tanpa cela. Hanya saja, jika terlalu terobsesi dengan segala hal "yang terbaik yang kita bisa" dan terbiasa melakukan segala hal dengan benar, sehingga apabila suatu saat kita melakukan kesalahan, kita akan ditimpa rasa yang tidak menyenangkan yang berbeda dari orang-orang kebanyakan.

Akibatnya, kita membenci kesalahan itu, dan kita membenci orang yang membuat kesalahan itu ada. Siapa yang melakukan salah? Kita! dan akhirnya hanya ada 3 pilihan, kita membenci diri kita, atau mencari pembenaran, atau bahkan kita menganggap orang lain yang melakukan kesalahan itu.

Jreng! jreng! Dan di dunia kerja aku banyak melakukan kesalahan (versiku). Tapi syukurlah, di sini aku berani mengatakan "ini salahku". Dan ajaibnya, setelah itu terjadi, aku jauh merasa lebih lega. Kenapa? Karena ternyata melakukan kesalahan itu tidak apa-apa! Tidak membunuh kita. Dan tentunya mengurangi obsesi untuk melakukan segala hal dengan baik. Dan hal ini memberiku alasan mengapa aku tidak harus melakukan sesuatu dengan selalu benar dan baik. Yaitu: karena kita manusia.

Sekian! Hahaha ...

LLaviosa Gita . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates