3/11/2020

Bertemu dengan orang baru mengajarkanku banyak hal. Seperti pemahaman yang kuperoleh dari seorang pejuang nafkah, seorang pedagang keliling: Bapak Penjual Kue Putu.

Kutaksir  usianya hampir 60 tahun atau justru lebih dari 60 tahun. Mengenakan topi usang, beliau membawa kotak peralatan dagang di atas sebuah sepeda ontel tua, tidak dikayuh, tetapi sepeda ia bawa sambil berjalan kaki.


"Dari Jawa Tengah," Bapak itu menjawab dengan suara pelan. Lewat perbincangan singkat kutahu ternyata, beliau sudah lama sekali berjualan kue putu, "sudah dari zaman jualan masih pake minyak tanah", katanya. Seingatku, terakhir minyak tanah masih banyak digunakan ketika aku masih SD, yaaah  mungkin sekitar 15 tahun yang lalu.

Bapak Penjual Kue Putu merantau dalam waktu selama itu di pulau timah ini demi asap dapur yang terus mengepul. Beliau rela hidup berjauhan dari keluarga asalkan bisa terus membiayai kehidupan yang terkasih. Tidak kutanya  berapa kali beliau mudik dalam setahun, namun dari perkiraanku penghasilan bapak ini kurang memadai untuk sering pulang ke rumah. 

Kita tidak pernah tahu seberapa besar pengorbanan seorang suami, seorang ayah, untuk keluarganya. Berapa banyak rintangan berat yang ia hadapi demi menunaikan kewajibannya. 

Semoga daganganmu laris, Pak. Semoga bisa cepat berkumpul dengan keluarga. Semoga setiap tetes keringat Bapak diliputi berkah. Semoga perjuangan para suami, para ayah, nun jauh di sana berpanen pahala. Semoga ... 


LLaviosa Gita . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates