Dua Kutub

Dua Kutub

Posted by llaviosagita on Jumat, Agustus 16, 2024 in Baris Kata, It's Me, Psikologi,

Ternyata memang benar, manusia tidak pernah berdiam diri, tidak fisik juga mentalnya. Di postingan kemarin aku pernah bilang bahwa manusia tidak suka ketika dirinya sedang diselimuti masalah, pun tidak juga suka saat hidupnya"flat" saja - tiba-tiba tenang. Ternyata, menurut Schopenhauer seperti yang disebutkan Frankl dalam bukunya Man's Search for Meaning, sudah duluan menyatakan bahwa manusia selalu berada di antara dua kutub esktrem, yaitu ketegangan dan kebosanan.

Terbebas dari ketegangan, kamu akan rasakan hidup tanpa arus yang pada akhirnya kamu mungkin akan merasa "bosan"? Lalu tiba-tiba muncul ombak lain dan kamu terjebak dalam ketegangan dan mengidam-idamkan ketenangan yang membuat kamu bosan itu.

                                                                            sumber gambar

Ah, manusia ... Maunya apa? Ketika angin semilir, kau tunggu badai datang. Saat badai benar-benar datang, kau merindukan semilir? Jalani saja.

Manusia tidak akan pernah berada pada kondisi yang benar-benar nyaman, baik dalam atau pun tanpa masalah. Maka, kita harus berani untuk menderita. Menderita dalam ketegangan atau menderita dalam kebosanan. Karena keduanya hanya sisi yang bergantian dalam hidup kita.

Lantas? Mungkin kita butuh syukur yang lebih, dan hadir yang utuh sebagai kita, sebagai manusia.

Ini kita, manusia. Lebih dari 8 miliar jiwa-jiwa dalam raga di Bumi, semuanya rasakan yang sama. Kini apa yang sedang kau perjuangkan? Ketegangan? Atau kebosanan?

Jangan-jangan, kamu bisa temukan ketenangan dalam keduanya? Rasa syukur dalam keduanya, mungkin?

Continue Reading

Manusia dan Eksistensinya di Muka Bumi

Manusia dan Eksistensinya di Muka Bumi

Posted by llaviosagita on Senin, Agustus 12, 2024 in Baris Kata, It's Me, Psikologi,

Seberapa dalam kamu menghayati dan mengerti tentang dirimu sendiri? Seberapa bisa kamu memahami tujuan kehadiranmu di dunia ini? Beberapa orang menjalani hidup sekadar untuk bertahan dari ke hari. Menyelesaikan "misi-misi" kehidupan yang melintang. Setelahnya, usai semua rintangan dihadapi apakah manusia akhirnya bernapas lega? Dulu kukira begitu. Nyatanya manusia memang tidak menyukai "masalah", tapi tidak pula bisa diam saja dalam hidup yang tenang dalam jangka yang lama.

Manusia itu dinamis. Saat berhasil menyelesaikan langkah berat sebelumnya dan berada di titik aman, manusia cenderung ingin mencapai hal lain lagi, artinya ingin menyelami masalah lain kembali. Maka benarlah Teori Maslow dalam Hierarki Kebutuhannya.

sumber gambar

Usai bersusah payah memenuhi satu kebutuhan, manusia akan mencari atau berusaha memenuhi kebutuhan lain lagi. Lantas, jika manusia mencapai kebutuhan pada titik tertingginya "aktualisasi diri", lalu apa lagi? Masih menjadi misteri, karena tidak semua orang dapat mencapai value ini.

Maslow percaya bahwa dalam hierarki, artinya setiap kebutuhan ini harus terpenuhi bertingkat, mulai dari kebutuhan dasar. Jika manusia berusaha memenuhi kebutuhan yang sebenarnya belum berada pada "level" seharusnya dan mengabaikan hierarki di bawahnya, maka akan terjadi ketidakseimbangan.

Namun, menariknya tentang tingkat aktualisasi diri, sejauh mana aktualisasi dapat dikategorikan dalam aktualisasi. Apakah aktualisasi tidak bisa manusia lakukan di tiap hierarki kebutuhannya? Sewaktu memenuhi kebutuhan fisik, memenuhi rasa laparnya dengan makanan, tidak bisakah dia beraktualisasi dalam makanan yang ia makan? Apakah batasan pada kebutuhan terendah, yaitu kebutuhan fisik hanya sekadar kebutuhan menghilangkan rasa lapar? Atau bisa sambil diaktualisasikan? 

Manusia dan eksistensinya di muka Bumi, pada akhirnya hanya untuk menjawab pertanyaan, apa yang harus dituju manusia? Apakah jika penghayatan manusia yang berbeda-beda tentang dirinya sendiri dirampas, maka ia akan kehilangan seluruh dirinya? Maka, apa definisi dirimu di muka Bumi ini? Seperti apakah kamu ingin mendefinisikan diri? Apa penghayatanmu tentang dirimu? 

Continue Reading