WANITA PENDERITA BDD: I'M THE UGLIEST
Oleh: Violla

Pernahkah Anda melihat atau mendengar wanita yang rela
merogoh kocek dalam demi mendapatkan kesempurnaan wajah dan tubuh.
Bisa dari membeli produk perawatan dan kecantikan yang harganya setinggi langit, melakukan operasi ini-itu, atau membeli berbagai pakaian dan aksesoris mahal untuk mendongkrak penampilan mendekati kata ‘sempurna’. Ada juga yang diet mati-matian demi mendapatkan tubuh langsing.
Bisa dari membeli produk perawatan dan kecantikan yang harganya setinggi langit, melakukan operasi ini-itu, atau membeli berbagai pakaian dan aksesoris mahal untuk mendongkrak penampilan mendekati kata ‘sempurna’. Ada juga yang diet mati-matian demi mendapatkan tubuh langsing.
Sebenarnya ada apakah di balik fenomena ini? Seringkali
wanita yang sudah tampak rapi, cantik, dan tanpa cacat merasa dirinya kurang
layak untuk keluar dan dilihat oleh orang banyak. Alhasil mereka mulai
bercengkerama dengan cermin dengan kecemasan-kecemasan dan penilaian diri
mereka sendiri bahwa mereka jelek, mereka malu untuk tampil di muka umum tanpa
polesan yang ‘normal’ dalam definisi mereka sendiri.
Kebiasaan kebanyakan wanita yang terobsesi dengan penampilan
ini mendorong mereka berlama-lama becermin untuk memastikan bahwa bahwa penampilan
mereka baik-baik saja. Namun pada kenyataannya banyak wanita yang stress karna
penampilan mereka hingga mereka mengambil langkah berlebihan dalam perawatan
kecantikan, padahal dalam kenyataannya mereka tak seburuk yang mereka pikirkan.
Mereka menganggap penampilan mereka selalu tampak jelek, penilaian-penilaian
negatif mulai mereka labelkan sendiri saat melihat pantulan diri sendiri di
cermin.
Wanita-wanita penggila cermin ini sangat hobi berlama-lama
di depan cermin untuk memastikan tidak ada sedikit cacat pun pada diri mereka.
Wanita yang diiming-imingi kata cantik dan sempurna rentan terkena gangguan
psikologis yang resikonya terbesarnya adalah kematian, bagaimana bisa?
Kemajuan zaman seolah menjadikan kecantikan adalah hal yang
dapat dibeli, berbondong-bondong wanita yang ingin tampak cantik memborong
produk-produk yang tidak bisa dimulai murah. Operasi plastik yang makin gencar
dijadikan ajang para wanita mengubah wajah seperti yang mereka inginkan. Namun
bagi wanita yang tak ada puasnya ia akan stres, meratapi diri di depan cermin,
menyesali berbagai keadaan fisik yang selalu ia cap penuh kekurangan hingga
akhirnya depresi dan bisa bunuh diri.
Dalam dunia psikologi, gangguan akibat terobsesinya becermin
ini dinamakan Body Dysmorphic Disorder
(BDD). BDD ini tak lain disebabkan akibat terlalu sering becermin, hingga
fisik menjadi fokus utama yang terlalu diperhatikan. Kecemasan-kecemasan pun
muncul akibat perasaan ingin tampak sempurna.
"Becermin memicu
peningkatan stress (di antara pasien BDD)," ujar Bill Renders, peneliti
dari Institute of Psychiatry, London.
Bila
kembali melihat fenomena yang ada sekarang, diperkirakan wanita-wanita modern sangat rentan terkena BDD.
Tuntutan zaman yang menomorsatukan penampilan fisik membuat wanita lebih sering
berteman dengan cermin. Kebiasaan sering becermin inilah yang memicu stres dan
kecemasan akan penampilan. Mereka akan khawatir bahwa penampilan mereka tampak
aneh atau jelek di mata orang. Dalam mata penderita BDD, mungkin hidungnya yang biasa saja akan tampak begitu jelek di cermin, tahi lalat kecil di wajahnya bisa dianggap sebagai 'cacat' yang mengganggu kesempurnaan wajah.
Takheran kini didapati wanita yang berbondong-bondong mengubah wajah dengan
operasi plastik demi mendapatkan kesempurnaan fisik. Bila hal ini terus-menerus
terjadi sungguh sangat disayangkan. Mungkin Anda bisa mewanti-wanti orang
terdekat Anda, khusunya pada wanita, agar meminimalisasi penggunaan cermin. Hal
yang tampak sepele mungkin bisa mengakibatkan dampak psikologis yang sangat
besar.
Tampaknya hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Wanita dibombardir iklan dan isu-isu kecantikan bahwa cantik adalah sempurna, tanpa cacat. Padahal setiap wanita memiliki elemen kecantikan tersendiri. Cantik
itu taksama, tiap wanita mempunyai style
kecantikannya sendiri. Takharus mengubah diri untuk menjadi cantik, karena
fitrah wanita adalah cantik, semua telah mendapatkan jatah cantik sesuai
porsinya masing-masing.
Tampaknya hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Wanita dibombardir iklan dan isu-isu kecantikan bahwa cantik adalah sempurna, tanpa cacat. Padahal setiap wanita memiliki elemen kecantikan tersendiri.