Like I’ve Found Myself, My Lifestyle!
Masalah prinsip hidup, bisa dibilang semua orang harus
punya. Biar nggak labil saat harus ngambil keputusan. Nah, prinsip hidup yang
aku punya itu selalu berubah-ubah, mungkin saking perceiving-nya aku ini, sampe-sampe sama prinsip hidup sendiri
ganti-ganti terus! Tapi sekarang, like I’ve
found myself, my lifestyle!
Yiippiii! Prinsip hidup terbaruku sekarang adalah gaya hidup minimalis alias minimalist lifestyle (apa bedanya coba -_-). Ada beberapa artikel dan blog-blog yang udah memberiku inspirasi tentang gaya hidup ini, di antaranya ini, ini, dan ini. Dan bisa dibilang website luar negeri lebih banyak yang menyediakan artikel tentang minimalist lifestyle dibandingkan dengan website atau blog-blog dalam negeri.
Yiippiii! Prinsip hidup terbaruku sekarang adalah gaya hidup minimalis alias minimalist lifestyle (apa bedanya coba -_-). Ada beberapa artikel dan blog-blog yang udah memberiku inspirasi tentang gaya hidup ini, di antaranya ini, ini, dan ini. Dan bisa dibilang website luar negeri lebih banyak yang menyediakan artikel tentang minimalist lifestyle dibandingkan dengan website atau blog-blog dalam negeri.
Apa sih yang dimaksud dengan gaya hidup minimalis ini? Jadi,
gaya hidup ini lebih kepada memiliki dan menggunakan benda-benda yang kita
butuhkan saja, memiliki secukupnya, nggak lebay. Contohnya, kalo punya celana
jeans 8 potong, dengan gaya hidup minimalis kita cukup punya 1 atau 2 aja. Walau
dibilang orang nggak ganti-ganti celana jeans, ya biarin, kita punya sedikit
bukan karena nggak mampu beli, ini masalah prinsip hidup. Dengan jumlah celana
jeans yang secukupnya itu tentu membuat lemari kita jauh lebih efisien sebagai
tempat penyimpanan. Hal ini juga berlaku untuk benda lainnya, benda apa pun itu
tanpa ampun!
Well, karena prinsip hidup yang baru ini, aku langsung memilah
mana pakaian yang sebenarnya jarang atau bahkan nggak pernah lagi aku pakai,
daripada numpuk di lemari akhirnya aku pisahkan dan berniat aku sumbangkan. Awalnya
terasa berat nggak, sih? Jujur aja berat, ada perasaan, “Nanti kalo suatu saat bajunya
mau dipake gimana?” Husshh! Dengan gaya hidup minimalis aku harus buang
jauh-jauh perasaan itu. Intinya hidup secukupnya, tidak berlebihan, menghilangkan
rasa ‘cinta kebendaan’. Ada juga baju yang terbilang masih baru di lemari tapi
nggak pernah aku pake, mendingan dikasih ke orang aja kan, walau masih baru
tapi nggak dipake buat apa coba?
Setelah menyortir pakaian yang akan kupakai secukupnya, ada
perasaan lega di situ, ya, kadang di situ saya merasa lega #gubraakkk!!! Pakaian di lemari jauh lebih tertata, rapi, dan yang
ada di lemari adalah pakaian yang memang biasanya aku pake. Justru dengan lebih
sedikitnya pakaian yang aku punya, aku bisa merawatnya dengan lebih baik :’)
Gaya hidup minimalis ini sebenarnya didasarkan asumsi bahwa
manusia itu nggak ada puasnya. Bener, ‘kan? Semakin bertambah pemasukan,
keinginan untuk pemuasan pasti bertambah juga! Hal ini yang bisa menjadikan
manusia itu tamak bin rakus. Dengan gaya
hidup minimalis, malah kita akan merasa cukup, hidup dengan sedikit benda
adalah kebahagiaan. Dan akan lebih senang juga kalo benda-benda yang berlebih
itu diberikan kepada orang lain. Why?
Karena sekarang pertanyaannya kamu lebih mencintai benda atau mencintai sesama
manusia? Jika kamu lebih mencintai sesamamu, hilangkan rasa kecintaan berlebihan
terhadap benda-benda yang menyebabkan kamu menumpuk barang di rumah.
Memang gaya hidup minimalis yang aku pegang belum sepenuhnya
aku terapkan. Tapi jujur aja walau langkah pertama yaitu memilah pakaian baru
aku lakukan, rasa puasnya itu udah sangat terasa, karena barang-barang yang aku
punya belum bisa dibilang sedikit, justru sekarang aku merasa memiliki ‘barang
berlebih’ yang harus segera dieliminasi. Hal ini jauh berbeda sekali saat dulu,
dengan jumlah benda yang aku miliki sekarang, dulu masih ingin beli baju ini,
blazer itu, tas ini, sepatu itu, rasanya nggak pernah cukup. Tapi sekarang? Aku
jauh bersyukur karena rasanya lebih dari cukup. Ajaib, ‘kan? Inilah esensi
terpendam dari gaya hidup nan manis ini, yaitu rasa syukur, rasa cukup. Sepertinya
aku telah menemukan diriku yang sesungguhnya :D