Kidung Penutup Malam
Kidung penutup malam tak jua hadir melenakan malamku
Tercekat, boleh jadi peri malam pun singgah sebentar ke kamar
usangmu
Menanti kidung sakral yang kautasbihkan hanya untukku si buah
hatimu
Boleh jadi aku tak terlelap, aku rindu syair-syair cintamu, Ibu
Duhai malangnya nasibku, mengapakah pagi tadi aku mengabaikanmu
Apalah jadinya aku tanpa dirimu, permata duniaku
Ribuan tetes air mata bergulir sendu di sini, menantimu mendekapku
Duhai, sayatan perkataan begitu tajam rupanya, Ibu
Marahkah dikau padaku wahai tambang rinduku
Bahkan bulan seolah memalingkan wajahnya, enggan melihatku
Ibu, anakmu berjanji tak akan menoreh pilu, hanya memoles madu
Ibu, marahkah kau padaku? Mulut lancang kecil yang menyayat hatimu
Jendela membisu, bulan menatap sendu, peri malam di mana
ibuku?
Air mata jadi kawan, isak tangis jadi perlahan terdengar syahdu
Tangan lembut mengusapku, aku terpaku,mengharu-biru
Mentariku kembali, matanya menatap sayu
Lihat, ia tak marah, tak dendam, tak benci, ia hanya menatap sendu
Dalam, aku terlelap dalam nina-bobonya, mengalun merdu
Duhai, tak ‘kan tertutup kelopak mata ini tanpa senyum itu
Duhai, ternyata aku milikmu, dan engkau selalu jadi milikku
Ibu, aku benci mulut ini, telah ia toreh seribu duka padamu
Ibu, izinkan aku bersandar dalam dekapmu, kasih yang tak putus,
tak layu
Ibu kumohon, temani lelapku, aku sendiri, tak berkawan, aku rindu
kasih sayangmu
Lantunkan lagi kidung kesayanganmu duhai mentariku, aku merindu
Bulan melirik penuh arti, kidung penutupan telah menyapu air mataku
Ini akhir yang indah malam ini, Ibu …
Kidung penutup malam telah usai, hantarkanku jauh dalam bunga
tidurku