7/03/2013



Kidung penutup malam tak jua hadir melenakan malamku

Tercekat, boleh jadi peri malam pun singgah sebentar ke kamar usangmu

Menanti kidung sakral yang kautasbihkan hanya untukku si buah hatimu

Boleh jadi aku tak terlelap, aku rindu syair-syair cintamu, Ibu


Duhai malangnya nasibku, mengapakah pagi tadi aku mengabaikanmu

Apalah jadinya aku tanpa dirimu, permata duniaku

Ribuan tetes air mata bergulir sendu di sini, menantimu mendekapku

Lirih, kini kelu lidah ini, membiru, membisu


Duhai, sayatan perkataan begitu tajam rupanya, Ibu

Marahkah dikau padaku wahai tambang rinduku

Bahkan bulan seolah memalingkan wajahnya, enggan melihatku

Ibu, anakmu berjanji tak akan menoreh pilu, hanya memoles madu


Ibu, marahkah kau padaku? Mulut lancang kecil yang menyayat hatimu

Jendela membisu, bulan menatap sendu, peri  malam di mana ibuku?

Air mata jadi kawan, isak tangis jadi perlahan terdengar syahdu

Tangan lembut mengusapku, aku terpaku,mengharu-biru


Mentariku kembali, matanya menatap sayu

Lihat, ia tak marah, tak dendam, tak benci, ia hanya menatap sendu

Dalam, aku terlelap dalam nina-bobonya, mengalun merdu

Duhai, tak ‘kan tertutup kelopak mata ini tanpa senyum itu

Duhai, ternyata aku milikmu, dan engkau selalu jadi milikku

Ibu, aku benci mulut ini, telah ia toreh seribu duka padamu

Ibu, izinkan aku bersandar dalam dekapmu, kasih yang tak putus, tak layu

Ibu kumohon, temani lelapku, aku sendiri, tak berkawan, aku rindu kasih sayangmu


Lantunkan lagi kidung kesayanganmu duhai mentariku, aku merindu

Bulan melirik penuh arti, kidung penutupan telah menyapu air mataku

Ini akhir yang indah malam ini, Ibu …

Kidung penutup malam telah usai, hantarkanku jauh dalam bunga tidurku

LLaviosa Gita . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates