Hei, Bisa-Bisanya!
Kemarin,
ya, tanggal 9 November 2013, tepat 1 bulan sebelum umur aku 19 tahun aku
mengalami galau yang menyiksa. Tiba-tiba banyak pikiran-pikiran yang berkelebat
di otak ini. Akan jadi apa aku nanti? Apa sih yang aku inginkan? SUKSES? Semua
orang mau sukses, tapi sukses dalam hal apa? Pendidikan? Pekerjaan? cinta? Keluarga?
Aku juga mau sukses dalam semua hal itu. tapi masalahnya sukses yang aku mau
itu sukses yang gimana? Apa memperoleh nilai yang bagus? Pekerjaan bergengsi
tinggi? Gaji besar yang bisa meningkatkan taraf hidup? Ah! Aku mau, semua orang
juga mau, siapa yang tak mau?
Terlalu banyak
pertanyaan yang menghantuiku kemarin. Lalu aku berpikir, mungkin aku sedang
mengalami krisis, ya, krisis remaja akhir. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat
aku cemas. Ya, seperti kata Sigmund Freud, saat cemas ego akan melakukan
defense mechanism. Dan sekarang defense mechanism apa yang harus lakukan? Lagi-lagi
pertanyaan, sudah kubilang, terlalu banyak pertanyaan!
Kalau kata
alim ulama, kecemasan-kecemasan seperti ini akibat dari panjangnya angan-angan
di masa depan, sementara masa depan belum pasti adanya. Hei! Dan aku
tersadarkan, aku menoleh ke belakang sejenak, menyusup titik-titik di masa lalu
yang aku sadari membentuk pola sekarang. Bukankah apa-apa yang terjadi banyak
yang tidak aku perkirakan dan rencanakan? Lalu untuk apa aku cemas?
Tak selang
berapa lama di tengah kegalauan yang melanda, ternyata aku menstruasi. Ya, mungkin
kelabilan ini akibat menstruasi. Perlahan pikiranku juga mulai tenang. Sekarang
aku sadar, bisa-bisanya aku mencemaskan hal-hal masa depan yang masih
dirahasiakan Allah, bisa-bisanya aku pusing memikirkannya sehingga membatku tak
melakukan apa pun di masa sekarang. Kecemasan akan masa depan terlalu menyita
waktuku yang berharga. Bisa-bisanya aku ingin maksimal di masa depan sementara
waktu di masa sekarang aku gunakan hanya untuk bergalau-galauan. Hei,
bisa-bisanya!