1/08/2014

Ada remaja yang mampu menghadapi tantangan sosial dengan baik, namun ada juga remaja yang cenderung kelihatan pasif dan terkesan tidak bisa menyikapi lingkungan dengan pembawaan diri yang baik. Misalnya saja, dalam dunia pendidikan kadang telihat ada remaja yang tampil menonjol, aktif dalam kegiatan, dan terlihat sering menyampaikan pendapatnya pada waktu diskusi, umumnya ia lebih terlihat sebagai anak yang kritis, namun juga ada sosok remaja yang lebih cenderung pasif, terlihat kurang percaya diri, dan jarang atau bahkan tidak pernah mengeluarkan suara untuk menyuarakan pendapatnya.
Hal ini merupakan suatu perbandingan yang signifikan bukan? Bagaimana cara remaja menghadapi pembawaan sikap ini tidak lepas dari konsep diri. Remaja sebagai masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 sampai 20 tahun (Donna L. Wong, 2004 dalam Ginting, 2008), tentunya memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Apa itu konsep diri? Konsep diri  dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya (Qumana, 2008 dalam Ginting, 2008). Penilaian orang lain inilah yang perlahan membangun persepsi remaja bagaimana dirinya di mata orang lain, dan persepsi tersebut lama-kelamaan diadopsi remaja dalam perilaku dan pembawaan sikapnya.
Pembawaan sikap dan kepribadian hasil bentukan konsep diri ini tak lepas dipengaruhi oleh lingkungan paling dekat yang diterima sang remaja karena saat lahir lingkungan yang paling dekat dengan anak adalah keluarga, pola asuh orangtua pun jadi alasan yang tepat bagaimana bentuk asuhan menjadi tempaan kuat yang akhirnya mempengaruhi konsep diri. Pola  asuh  orangtua menurut Idrus merupakan  sebuah  proses  interaksi  berkelanjutan  yang menyangkut    pemeliharaan,  perlindungan  dan  pengarahan  orang  tua  terhadap  anak dalam  rangka  perkembangan  anak  (dalam Idrus dan Rohmiati,  2004).   
Remaja, di mana di masa ini manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, hasil adaptasi penyesuaian terhadap lingkungan ini memantul dalam kepribadian dan pembawaan diri remaja. Pembawaan diri remaja di sini dapat dilihat bagaimana respon yang diberikan remaja dalam menyikapi permasalahan dan lingkungan. Pada masa remaja konsep diri merupakan inti dari kepribadian (Hurlock, 1973;Yati, 2008, dalam Ginting, 2008), melihat pernyataan ini bisa disimpulkan bahwa pembawaan remaja adalah cerminan kepribadian diri akibat konsep diri yang dimilikinya. Karena pola asuh mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja, bagaimana bila dengan konsep diri remaja yang terbentuk akibat pola asuhan yang tegas, cenderung memaksa, dan lebih tidak mendengarkan hak suara anak? Kemungkinan pola asuh yang dikenal sebagai pola asuh autoritarian dalam membentuk konsep remaja ada dua apakah  berkemungkinan membentuk remaja yang siap menghadapi tantangan lingkungan dengan baik atau remaja yang cenderung pasif.
Pola Asuh Autoritarian
Menurut Diana Baumrind (1971; Santrock, 2003, dalam Ginting, 2008), pengasuhan autoritarian atau juga disebut pola asuh otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Pola asuh autoritarian ini merupakan pola asuh dengan menekankan sikap tegas dari orangtua, tapi terlalu menekankan pada ketidakbebasan anak untuk mengeluarkan suara atau pendapat, peraturan yang berlaku hanya peraturan yang berasal dari orangtua, anak hanya menjalani aturan yang ada tanpa bisa protes, dalam hal ini bila anak melanggar aturan konsekuensinya adalah hukuman.
Pola asuh ini memang tampak keras, dengan ketatnya peraturan, suka atau tidak sukanya anak tidak menjadi bahan pertimbangan bagi orangtua. Anak jadi selalu patuh pada aturan orangtua karena orangtua juga tidak akan memberi toleransi pada kesalahan, jadi kebanyakan akan terjadi komunikasi satu arah, anak hanya menjadi pendengar dan pelaksana aturan dari orangtua.
Pola Asuh Autoritarian terhadap Konsep Diri Remaja
Kita sudah megetahui bahwa pola asuh mempengaruhi konsep diri remaja, namun bagaimana konsep diri yang terbentuk dalam didikan pola asuh otoriter? Sebelum itu, kita harus mengetahui macam-macam konsep diri.
Konsep diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut Brooks dan Emmart (www.duniapsikologi.com), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:


1.       Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.

2.         Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja seanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.

3.         Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumya.


4.         Merasa mampu meperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1. Peka terhadap kritik. Kurangnya keampuan untuk mnerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
2. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihn terhadap tindakan yang telah dilakukan sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
3. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain di sekitarnya memandang dirinya negatif.
4. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negative secara berlebihan terhadap orang lain
5. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
Bagaimana dengan konsep diri remaja dengan pola asuh otoriter? Positifkah? Atau negatif? Hal ini bisa  dijawab berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman yang dialami seorang remaja berusia 18 tahun dengan didikan otoriter, ia tidak dapat menentukan pilihan sendiri walaupun ia sudah remaja, diprediksikan hal ini terjadi karena ia terbiasa dituntun dalam lingkup arahan peraturan orangtua dan tidak pernah berdiri sendiri sehingga menjadikan ia anak yang tidak mandiri dan tidak berani menyuarakan pendapatnya. 
Konsep diri remaja ini secara keseluruhan ia mempersepsikan bahwa dirinya tidak bisa melakukan suatu hal tanpa topangan dan arahan orang lain, bila dilihat dari sistem pola asuh otoriter yang ia terima, hal ini diprediksi akibat  orangtua yang tidak pernah membiarkan ia mencoba hal-hal baru, semua yang ia lakukan adalah atas dasar arahan orangtua sehingga membuatnya tidak percaya diri untuk melakukan segala sesuatu sendirian. Apa yang dipersepsikan remaja tadi karena bila melihat latar belakang pola asuh orangtua, ia meyakini bahwa orangtuanya menganggap ia tidak bisa berdiri sendiri, maka akan seperti itulah konsep diri yang terbentuk dalam dirinya.
Berdasarkan pengamatan penulis, remaja ini juga tidak berani untuk memulai suatu kegiatan, dalam pengakuannya ia tidak ingin mengikuti kegiatan kecuali ada teman dekatnya yang ikut dalam kegiatan tersebut. Remaja ini juga termasuk tidak tahan kritik, ia mudah menangis apabila ada yang mengkritik negatif terhadap dirinya. Hal ini dapat dimaklumi, melihat ke belakang bahwa pola asuh orangtua otoriter biasanya memberikan hukuman bila sang anak melakukan hal yang tidak orangtua kehendaki, kebiasaan inilah yang membuat remaja dalam pola asuhan otoriter atau autoritarian memiliki tingkat kecemasan tinggi dan takut gagal. Bagaimana dampak lainnya? Dampak pola asuh autoritarian terhadap konsep diri remaja ini juga dapat dilihat dalam dari cara ia menghadapi tantangan, remaja tersebut selalu mengatakan “saya takut”, ia cenderung pesimistik, mudah menyerah. Akhirnya terbentuklah konsep diri yang sebagian besar negatif pada anak yang diasuh dengan pola asuh autoritarian.
Kesimpulan
Setelah mengetahui betapa pentingnya pengaruh pola asuh terhadap pembentukan konsep diri remaja, setidaknya kita bisa memprediksikan  alasan yang melatarbelakangi bagaimana terbentuknya konsep diri dalam diri remaja yang mempengaruhi kepribadian dan pembawaan sikapnya, contonya mengapa ada remaja yang tampil aktif dan menonjol, dan mengapa ada remaja yang cenderung pasif dalam lingkungannya. Pola asuh yang keras, tegas, dan tanpa toleransi serta kompromi ini telah membentuk remaja sebagai pribadi yang memiliki konsep diri sedemikian rupa yang biasanya terjadi pada remaja yang memang terlihat jarang menyuarakan pendapatnya dan kurang bersemangat dalam kegiatan. Anak cenderung tidak bisa mengeksplorasi keinginannya yang dibatasi peraturan orangtua, jadi ia belum terlatih menghadapi lingkungan dengan cara yang ia inginkan. Bagaimana remaja ini menyikapi lingkungan bisa dilatih dengan prinsip dari dalam remaja yang berkemauan keras untuk belajar berani menyuarakan pendapatnya, mengambil tindakan berdasarkan keputusannya sendiri tanpa harus “disuapi” orang lain, dan lebih bebas mengeksplorasi kemampuannya tanpa ada merasa ada pembatasan.

Referensi

Besembun, Ignatius. (2008). (http://images.ratihst.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SVrbaQoKCDEAAE0LUpc1/Teori%20Pola%20Asuh.doc?nmid=157037437)

Idrus M, Rohmiati A.(2004).  Hubungan Kepercayaan Diri Remaja dengan
Pola Asuh Orangtua Etnis Jawa). Penelitian.

Ginting, Leo. (2008). “(http://leoginting.blogspot.com/2009/08/proposal-penelitian-hubungan-pola-asuh.html)

Nn. (2012). “Konsep Diri Positif dan Konsep dan Konsep Diri Negatif)” (http://www.duniapsikologi.com/konsep-diri-positif-dan-konsep-diri-negatif/)

LLaviosa Gita . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates