Peran Pola Asuh Autoritarian terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja
Ada remaja yang mampu menghadapi tantangan sosial dengan baik, namun ada juga remaja
yang cenderung kelihatan pasif dan terkesan tidak bisa menyikapi lingkungan
dengan pembawaan diri yang baik. Misalnya saja, dalam dunia pendidikan kadang
telihat ada remaja yang tampil menonjol, aktif dalam kegiatan, dan terlihat
sering menyampaikan pendapatnya pada waktu diskusi, umumnya ia lebih terlihat
sebagai anak yang kritis, namun juga ada sosok remaja yang lebih cenderung
pasif, terlihat kurang percaya diri, dan jarang atau bahkan tidak pernah
mengeluarkan suara untuk menyuarakan pendapatnya.
Hal
ini merupakan suatu perbandingan yang signifikan bukan? Bagaimana cara remaja
menghadapi pembawaan sikap ini tidak
lepas dari konsep diri. Remaja sebagai
masa
peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11
sampai 20 tahun (Donna L. Wong, 2004 dalam Ginting, 2008), tentunya memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Apa itu konsep diri? Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai
keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya (Qumana, 2008
dalam Ginting, 2008). Penilaian orang lain inilah yang perlahan membangun
persepsi remaja bagaimana dirinya di mata orang lain, dan persepsi tersebut
lama-kelamaan diadopsi remaja dalam perilaku dan pembawaan sikapnya.
Pembawaan sikap dan kepribadian
hasil bentukan konsep diri ini tak lepas dipengaruhi oleh lingkungan paling
dekat yang diterima sang remaja karena saat lahir lingkungan yang paling dekat
dengan anak adalah keluarga, pola asuh orangtua pun jadi alasan yang tepat
bagaimana bentuk asuhan menjadi tempaan kuat yang akhirnya mempengaruhi konsep
diri. Pola
asuh orangtua menurut Idrus merupakan
sebuah proses interaksi
berkelanjutan yang menyangkut pemeliharaan, perlindungan
dan pengarahan orang
tua terhadap anak dalam
rangka perkembangan anak (dalam Idrus
dan Rohmiati, 2004).
Remaja,
di mana di masa ini manusia harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan, hasil adaptasi penyesuaian terhadap lingkungan ini
memantul dalam kepribadian dan pembawaan diri remaja. Pembawaan diri remaja di
sini dapat dilihat bagaimana respon yang diberikan remaja dalam menyikapi permasalahan
dan lingkungan. Pada masa remaja konsep diri merupakan inti dari kepribadian
(Hurlock, 1973;Yati, 2008, dalam Ginting, 2008), melihat pernyataan ini bisa
disimpulkan bahwa pembawaan remaja adalah cerminan kepribadian diri akibat
konsep diri yang dimilikinya. Karena pola asuh mempengaruhi
pembentukan konsep diri remaja, bagaimana bila dengan konsep diri remaja yang
terbentuk akibat pola asuhan yang tegas, cenderung memaksa, dan lebih tidak
mendengarkan hak suara anak? Kemungkinan pola asuh yang dikenal sebagai pola
asuh autoritarian dalam membentuk konsep remaja ada dua apakah berkemungkinan membentuk remaja yang siap
menghadapi tantangan lingkungan dengan baik atau remaja yang cenderung pasif.
Pola
Asuh Autoritarian
Menurut
Diana
Baumrind (1971; Santrock, 2003, dalam Ginting, 2008), pengasuhan autoritarian
atau juga disebut pola asuh otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat
menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua dan untuk
menghormati pekerjaan dan usaha. Pola asuh autoritarian ini merupakan pola asuh
dengan menekankan sikap tegas dari orangtua, tapi terlalu menekankan pada
ketidakbebasan anak untuk mengeluarkan suara atau pendapat, peraturan yang
berlaku hanya peraturan yang berasal dari orangtua, anak hanya menjalani aturan
yang ada tanpa bisa protes, dalam hal ini bila anak melanggar aturan konsekuensinya
adalah hukuman.
Pola
asuh ini memang tampak keras, dengan ketatnya peraturan, suka atau tidak
sukanya anak tidak menjadi bahan pertimbangan bagi orangtua. Anak jadi selalu
patuh pada aturan orangtua karena orangtua juga tidak akan memberi toleransi
pada kesalahan, jadi kebanyakan akan terjadi komunikasi satu arah, anak hanya
menjadi pendengar dan pelaksana aturan dari orangtua.
Pola Asuh Autoritarian terhadap Konsep
Diri Remaja
Kita sudah megetahui bahwa pola asuh
mempengaruhi konsep diri remaja, namun bagaimana konsep diri yang terbentuk
dalam didikan pola asuh otoriter? Sebelum itu, kita harus mengetahui
macam-macam konsep diri.
Konsep
diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Menurut Brooks dan Emmart (www.duniapsikologi.com),
orang yang memiliki konsep diri positif
menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1. Merasa
mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk
mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
2. Merasa
setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan
membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari
proses belajar dan bekerja seanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan
individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
3. Menerima
pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian atau penghargaan layak
diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan
sebelumya.
4. Merasa
mampu meperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk
memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang
negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1. Peka terhadap kritik. Kurangnya keampuan untuk mnerima
kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
2. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihn
terhadap tindakan yang telah dilakukan sehingga merasa segala tindakannya perlu
mendapat penghargaan.
3. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan
subyektif bahwa setiap orang lain di sekitarnya memandang dirinya negatif.
4. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negative
secara berlebihan terhadap orang lain
5. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
Bagaimana
dengan konsep diri remaja dengan pola asuh otoriter? Positifkah? Atau negatif? Hal
ini bisa dijawab berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman
yang dialami seorang remaja berusia 18 tahun dengan didikan otoriter, ia tidak
dapat menentukan pilihan sendiri walaupun ia sudah remaja, diprediksikan hal
ini terjadi karena ia terbiasa dituntun dalam lingkup arahan peraturan orangtua
dan tidak pernah berdiri sendiri sehingga menjadikan ia anak yang tidak mandiri
dan tidak berani menyuarakan pendapatnya.
Konsep diri remaja ini secara
keseluruhan ia mempersepsikan bahwa dirinya tidak bisa melakukan suatu hal
tanpa topangan dan arahan orang lain, bila dilihat dari sistem pola asuh
otoriter yang ia terima, hal ini diprediksi akibat orangtua yang tidak pernah membiarkan ia
mencoba hal-hal baru, semua yang ia lakukan adalah atas dasar arahan orangtua
sehingga membuatnya tidak percaya diri untuk melakukan segala sesuatu
sendirian. Apa yang dipersepsikan remaja tadi karena bila melihat latar
belakang pola asuh orangtua, ia meyakini bahwa orangtuanya menganggap ia tidak
bisa berdiri sendiri, maka akan seperti itulah konsep diri yang terbentuk dalam
dirinya.
Berdasarkan
pengamatan penulis, remaja ini juga tidak berani untuk memulai suatu kegiatan,
dalam pengakuannya ia tidak ingin mengikuti kegiatan kecuali ada teman dekatnya
yang ikut dalam kegiatan tersebut. Remaja ini juga termasuk tidak tahan kritik,
ia mudah menangis apabila ada yang mengkritik negatif terhadap dirinya. Hal ini
dapat dimaklumi, melihat ke belakang bahwa pola asuh orangtua otoriter biasanya
memberikan hukuman bila sang anak melakukan hal yang tidak orangtua kehendaki,
kebiasaan inilah yang membuat remaja dalam pola asuhan otoriter atau autoritarian
memiliki tingkat kecemasan tinggi dan takut gagal. Bagaimana dampak lainnya? Dampak pola asuh autoritarian terhadap konsep diri remaja
ini juga dapat dilihat dalam dari cara ia menghadapi tantangan, remaja tersebut
selalu mengatakan “saya takut”, ia cenderung pesimistik, mudah menyerah. Akhirnya
terbentuklah konsep diri yang sebagian besar negatif pada anak yang diasuh
dengan pola asuh autoritarian.
Kesimpulan
Setelah
mengetahui betapa pentingnya pengaruh pola asuh terhadap pembentukan konsep
diri remaja, setidaknya kita bisa memprediksikan alasan yang melatarbelakangi bagaimana terbentuknya
konsep diri dalam diri remaja yang mempengaruhi kepribadian dan pembawaan
sikapnya, contonya mengapa ada remaja yang tampil aktif dan menonjol, dan
mengapa ada remaja yang cenderung pasif dalam lingkungannya. Pola asuh yang
keras, tegas, dan tanpa toleransi serta kompromi ini telah membentuk remaja
sebagai pribadi yang memiliki konsep diri sedemikian rupa yang biasanya terjadi
pada remaja yang memang terlihat jarang menyuarakan pendapatnya dan kurang
bersemangat dalam kegiatan. Anak cenderung tidak bisa mengeksplorasi
keinginannya yang dibatasi peraturan orangtua, jadi ia belum terlatih
menghadapi lingkungan dengan cara yang ia inginkan. Bagaimana remaja ini
menyikapi lingkungan bisa dilatih dengan prinsip dari dalam remaja yang
berkemauan keras untuk belajar berani menyuarakan pendapatnya, mengambil
tindakan berdasarkan keputusannya sendiri tanpa harus “disuapi” orang lain, dan
lebih bebas mengeksplorasi kemampuannya tanpa ada merasa ada pembatasan.
Referensi
Besembun,
Ignatius. (2008). (http://images.ratihst.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SVrbaQoKCDEAAE0LUpc1/Teori%20Pola%20Asuh.doc?nmid=157037437)
Idrus M, Rohmiati A.(2004). Hubungan
Kepercayaan Diri Remaja dengan
Pola
Asuh Orangtua Etnis Jawa). Penelitian.
Ginting, Leo. (2008). “(http://leoginting.blogspot.com/2009/08/proposal-penelitian-hubungan-pola-asuh.html)
Nn.
(2012). “Konsep Diri Positif dan Konsep dan Konsep Diri Negatif)” (http://www.duniapsikologi.com/konsep-diri-positif-dan-konsep-diri-negatif/)