Menjadi Lepas, Menjadi Bebas
Hari ini aku belajar untuk hidup lebih bebas, bukan
bebas dalam artian yang serba melanggar. Aku ingin bebas seperti anak kecil,
yang tidak memusingkan apa kata-kata orang, yang tidak perlu mencemaskan
hal-hal yang belum tiba masanya. Betapa indahnya jadi anak kecil, seluruh
perhatiannya hanya dicurahkan untuk hari ini, hari yang dihadapinya.
Saat angin bertiup cukup, mereka akan berpikir
bagaimana menghabiskan waktunya, ya, mereka akan menerbangkan layang-layang. Ketika
hujan membasahi, mereka tak melulu mengeluh, mereka masih bisa menikmati dengan
hujan-hujanan, hal yang menyenangkan bukan, tanpa takut kebasahan.
Saat terik mentari menyengat, mereka kembali senang, itu berarti mereka bisa bermain petak umpet di luar, bermain bersama teman-teman. Itu adalah hidup yang lepas, bebas. Mereka bahkan tak tahu bagaimana mengeluarkan kata yang dapat menyakiti orang lain. Mereka damai tanpa disesaki perasaan jika ada orang yang membenci dan tak menyukainya. Mereka hidup tanpa kepalsuan, tak perlu malu jika memang harus menangis, tak perlu ragu untuk tertawa lepas, tak perlu berpura-pura agar tampak ‘sepadan’. Indahnya jadi mereka.
Aku masih ingat jelas selagi kecil aku sering
berlarian telanjang ke luar rumah saat hujan menerpa. Tidak ada yang kutakutkan,
aku tak takut petir yang bisa menyambar, aku tak takut jatuh sakit karena telah
hujan-hujanan. Sejatinya saat kecil kita benar-benar menyerahkan semua urusan
pada Tuhan, tak ada yang kita takutkan karena kita tahu Tuhan menjaga kita. Tapi
sekarang? Lihat, betapa hati dan pikiran mudah goyah atas
pikiran-pikiran, kecemasan, dan bahkan itu berarti kita telah melupakan bahwa
hidup kita ada di tangan-Nya, tak ada yang perlu ditakutkan, dikhawatirkan. Yang
perlu kita lakukan sekarang adalah menjadi anak-anak, menikmati setiap waktu
yang ada, menikmati hujan, mensyukuri panas, hidup sepenuhnya pada hari ini,
hidup untuk menikmati hidup, hidup untuk bebas, untuk lepas, tanpa keraguan.