Minimalism
Menjelang
UAS ini ada banyak sekali hal-hal yang kupikirkan. Dimulai dari perubahan kurikulum
di kampus, proker-proker selama menjadi Ketua DPM Fakultas Psikologi, dan
kesibukan menjadi bendahara di acara welcoming
days
kampus untuk Fakultas Psikologi. Oke, dimulai dari yang pertama kusebutkan, perubahan kurikulum di Esa Unggul membuat seluruh mahasiswa galau (mungkin ada yang tidak), program lulus 3,5 tahun diubah menjadi 4 tahun. Well, kedengarannya agak kurang mengenakkan, tapi sealu ada sisi positif dalam tiap hal, bukan?
kampus untuk Fakultas Psikologi. Oke, dimulai dari yang pertama kusebutkan, perubahan kurikulum di Esa Unggul membuat seluruh mahasiswa galau (mungkin ada yang tidak), program lulus 3,5 tahun diubah menjadi 4 tahun. Well, kedengarannya agak kurang mengenakkan, tapi sealu ada sisi positif dalam tiap hal, bukan?
Keuntungan perubahan kurikulum ini
adalah, SP (semester pendek) tidak lagi diwajibkan #yeayyy dan jumlah SKS yang bisa diambil tiap semester bisa
maksimal 20 SKS, terkecuali jika kamu memiliki IP di atas 3,5 kamu bisa
memborong 24 SKS sekaligus. Banyak sekali teman-teman yang semangat kuliahnya
jadi kacau, kalau sistem SKS paket dulu, dengan IP 3 saja kamu tetap bisa lulus
3,5 tahun (kalau skripsi lancar yaw) karena jumlah SKS sudah dipaketkan
sedemikian rupa agar tuntas di semester 7. Perjuangan mulai berat,
mudah-mudahan Allah memudahkan jalanku lulus 3,5 tahun. Tapi apa pun nanti
keputusan-Nya, aku yakin itu adalah yang terbaik.
Pikiran kedua
yang menghantuiku adalah, ya, hal-hal yang ingin aku lupakan sekarang, beberapa
proker menanti di ujung sana selama 1 tahun ke depan. Allah bersamaku jadi aku
tak perlu khawatir. Lalu kesibukan menjadi bendahara untuk acara welcoming days mahasiswa baru atau yang
sering dikenal dengan ospek cukup mengutak-atik otakku. Karena aku bukan tipe
orang yang suka diganggu di waktu luang, dan kesibukan yang satu ini mau tidak
mau menyita waktu luangku.
Sekarang intinya
sebisa mungkin aku mengatur waktu agar pekerjaan yang kujalani ini tidak
keteteran. Dan perihal browsing harus
tetap masuk to do list, well ini bukan termasuk yang baik jadi
jangan diikuti, ya! Sebagian duniaku ada di dalam browsing dan surfing internet
ini. Karena aku suka sekali menghadapkan mata di depan artikel-artikel, jadi
ini sudah seperti kebutuhan #KebutuhanJelekAtauBaik?
Kalau ditanya
baik ata tiidaknya kebiasaaan browsing-ku
ini, jawabannya hari ini adalah “positive”.
Kenapa? Karena aku menemukan inspirasi dari artikel-artikel yang aku baca pagi
ini, yaitu konsep hidup minimalis. Jadi, hanya simpan benda-benda yang
merupakan kebutuhanmu, singkirkan benda-benda yang tidak begitu diperlukan. Buat
hidupmu lebih sederhana. Pangkas keinginan. Dan sebuah quote bahwa kekayaan tidak dilihat dari seberapa banyak uang yang
kamu habiskan, namun seberapa banyak uang yang kamu sisakan. Quote ini cukup merasuk ke alam bawah
sadar dan melecutkan semangat hidup sesuai kebutuhan. Btw Rasulullah sudah dari
dulu menerapkan konsep hidup minimalis ini, tapi baru hari ini aku tersadar. Konsep
minimalis yang ingin aku jalani ini on
pprogress, aku sudah membuang seluruh kertas-kertas yang tidak ada gunanya
lagi. Yah, kebiasaan burukku adalah suka menumpuk barang-barang lama, apa ini
indikasi aku adalah orang yang susah merelakan kenangan? #NggakAdaHubungannya! Yang jelas, sekarang aku sudah move on dari sampah-sampah kertas dan
membiarkan ruang di kamarku lebih bisa “bernapas”.
Apa hubungannya
topik hidup minimalis dengan topik di paragraf pertama ini? Hidup minimalis,
membuang hal-hal yang tidak penting, termasuk minimalis dalam pikiran,
sederhanakan pikiranmu, buang pikiran-pikiran tak penting yang hanya
memberatkan kepalamu. Stay minimalist,
stay happy!