Kamis, 11 April 2013 aku yang sedang menginap si rumah
Devi di Kota Bumi, Tangerang, bergegas meluncur ke rumah Elis menjelang
maghrib, malam itu aku, Devi, dan Edet yang on the way dari
Bintaro mau menginap di rumah Elis yang memang agak jauh dari rumah Devi. Apa,
sih, yang dilakukan empat cewek kalau lagi ngumpul-ngumpul gini? ‘Ritual’ rutin
kami yang nggak akan bisa terlewatkan adalah makan.
Yang membuatku heboh mungkin adalah 2
adik laki-laki Elis yang amat gemuk dan membuatku gemas, tapi tak heran, di
rumah ini kulkasnya berukuran jumbo dan isinya pasti dipenuhi makanan, so, kalian
tahu konklusinya ‘kan?
Sesuai rencana awal, kami berempat berkelana
masuk ke salah satu toko baju murah, di sana harga baju serba Rp 30.000, nama
toko bajunya 30Nett. Kami mencoba berbagai macam baju di sana (mencoba?), lalu
aku hanya membeli 1 baju, Elis 1 baju juga, dan Edet 2 baju. Devi nggak membeli
apa pun. Mungkin penjaga toko gusar melihat kami bolak-balik mencoba pakaian,
Elis terlalu pusing mencoba baju mana yang pas di lengannya, aku yang pusing
baju mana yang tidak membentuk tubuh yang kurus, dan Edet yang pusing baju mana
yang cocok untuk dipake ngebabu.
Karena malam itu malam Jumat, Elis
seperti biasa Elis melakukan aktivitas rutinnya mendengarkan siaran radio yang
berbau mistis. Karena kabel headset hp Elis Cuma berfungsi
salah satu sisi saja, jadilah radio distel dengan loudspeaker agar
aku juga bisa ikut mendengarkan. Malam itu kami berempat tidur di kamar yang
terdapat 2 tempat tidur, awalnya aku memutuskan untuk mendengar siaran radio
bersama Elis di tempat tidur yang sama. Devi dan Edet sudah mewanti-wanti keras
mereka nggak mau mendengarkan siaran radio, mereka memang kurang
berani dalam hal yang berbau mistis. Karena Devi dan Edet tiba-tiba
ketakutan tanpa alasan, mereka yang tadinya berada di tempat tidur
lain berteriak dan melompat ke tempat tidur yang aku dan Elis tempati. Well,
Edet melompat persis menimpa bokongku (rasanya nyeri, Det). Untuk mengakhiri
ketegangan dan ketakutan dua makhluk jelmaan ini (Edet dan Devi), akhirnya Elis
memutuskan untuk mendengarkan radio sendirian menggunakan headset-nya
yang agak kurang beres itu.
Aku pindah ke tempat tidur
lain bersama Devi dan Edet. Dalam naungan dinginnya AC kamar,
Elis masih sempat-sempatnya menceritakan sedikit cerita mistis dari radio,
yaitu tentang misteri lagu Nina Bobo. Sontak saja Devi dan Edet berteriak, dan
cerita yang belum usai pun Elis akhiri. Di tengah malam aku, Edet, dan Elis
pergi ke kamar mandi bersama, meninggalkan Devi di kamar sendirian, andai Devi
tahu, pasti ia akan sangat histeris berada di kamar sendirian. Sekembalinya di
kamar, Edet memutuskan pindah tempat tidur bersama Elis karena posisi tidur
Devi yang tidak memungkinkan untuk tidur bertiga lagi.
Esoknya Risa datang ke rumah Elis, dan
kami berlima menuju tempat aksesoris murah, agak lama kami di sana dan pada
akhirnya aku dan Elis hanya membeli 1 gelang saja, Devi membeli sisir, dan Risa
membeli kalung. Kuakui penjaga tokonya agak kurang ramah, tapi tak apa, toh,
nggak kenal juga, kan?
Dan trip di rumah
Elis diakhiri dengan menyantap mie goreng, siangnya aku, Devi, Edet, dan Risa
pulang dari rumah Elis. Lumayan untuk menambah pengalaman, ke mana pun aku
pergi, aku harap akan ada kenangan yang selalu membekas, dan salah satunya
mungkin memory ’bout trip to Elis’ house ...